Hellooo
guys..... How are you???
Kali
ini aku akan post tentang applied linguistik atau linguistik terapan. Banyak
sekali bidang-bidang linguistik terapan sesuai dengan kebutuhan. Ok
sebelum saya menjelaskan apa itu linguistik terapan, saya jelaskan dulu apa itu
linguistik.
A. Pengertian Linguistik Terapan
Kata terapan/menerapkan, berpadanan dengan to apply, yang artinya Memakai atau
Menggunakan bisa juga dimaknai menginjak, mempergunakan, dan mengerahkan. Makna
kata Applied = put to practical use. Dari kata applied lahir
gabungan kata applied linguistic yang sepadan dengan linguistic
terapan.
Linguistik
terapan adalah terapan ilmu bahasa dalam bidang praktis. Ilmu ini dapat
dipandang sebagai disiplin baru yang dapat berkembang dan diakui keberadaannya.
Penulis menganggap bahwa linguistik terapan sudah merupakan suatu disiplin ilmu
yang memenuhi berbagai fungsi bahasa dan memiliki dasar ilmu yang saling
berkaitan, serta terbuka, sehingga dapat dikatakan bahwa leksikografi,
penerjemahan, patologi, dan terapi wicara adalah bagian dari Linguistik
terapan. Khusus dalam bidangpengajaran bahasa penulis menyarankan bahwa seorang
guru hendaknya dibekali dengan bekal ilmu yang cukup, mencakup ilmu bahasa itu
sendiri dan kemampuannya mengajarkan bahasa. Linguistik terapan menjembatani
antara ahli bahasa, peneliti bahasa, dan pelaksana di lapangan, yaitu guru
bahasa.
Linguistik
terapan juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha menerapkan hasil
penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan
dapat juga dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-peroalan praktis yang banyak
sangkut pautnya dengan bahasa. Jadi, linguistik hanya dipakai sebagai alat.
Misalnya, dalam pengajaran bahasa, linguistik dapat di manfaatkan untuk
mengajarkan bahasa agar perolehan anak akan lebih meningkat.
Adapun
objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia
yang berfungsi sebagai (1) sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai
medianya; (2) bahasa keseharian manusia, (3) bahasa yang dipakai sehari-hari
oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti
bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik,
sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder
linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa
lisan.
B.
Sejarah Singkat Applied Linguistics
Linguistik terapan telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dahulu, linguistik terapan memperhatikan prinsip serta praktek terhadap dasar-dasar linguistik. Pada tahun 1960, cakupan linguistik terapan diperluas dalam hal penilaian bahasa, kebijakan bahasa, dan penguasaan bahasa kedua. Linguistik terapan terus mengalami perkembangan bahkan perubahan. Pada sekitar tahun 1990, linguistik semakin meluas cakupannya, meliputi studi kritis dan multilingualisme.
Linguistik terapan telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dahulu, linguistik terapan memperhatikan prinsip serta praktek terhadap dasar-dasar linguistik. Pada tahun 1960, cakupan linguistik terapan diperluas dalam hal penilaian bahasa, kebijakan bahasa, dan penguasaan bahasa kedua. Linguistik terapan terus mengalami perkembangan bahkan perubahan. Pada sekitar tahun 1990, linguistik semakin meluas cakupannya, meliputi studi kritis dan multilingualisme.
C.
Bidang-bidang Linguistik Terapan
Linguistik
Terapan (appllied linguistics) mencakup bidang: pengajaran bahasa,
penerjemahan, leksikologi, fonetik terapan, sosiolinguistik terapan, pembinaan
bahasa internasional, pembinaan bahasa khusus, linguistik medis,
mekanolinguistik. Penjelasanya sebagi berikut:
1.
Pengajaran bahasa, mencakup metode-metode pengejaran bahasa, ucapan bunyi-bunyi
dengan pelajaran bahasa, strategi, model, dan cara-cara pengajaran bahasa.
2.
Penerjemahan, mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke
bahasa yang lain.
3.
Leksikologi, mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
4.
Fonetik terapan, mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi-bunyi dengan
tepat, misalnya untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama dan
sebagainya.
5.
Sosiolinguistik terapan, mencakup pemanfaatan wawasan sosiolinguistik untuk
keperluan praktis, seperti perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan
buta aksara, dan sebagainya.
6.
Pembinaan bahasa internasional, mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan
saling pengertian internasional dengan menyusun bahasa buatan.
7.
Pembinaan bahasa khusus, mencakup penyusunan istilah dan daya bahasa dalam
bidang-bidang, antara lain dalam militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia
pelayaran.
8.
Linguistik medis, mambantu bidang patalogi dalam hal penyembuhan cacat.
9.
Mekanolinguistik, mencakup penggunaan linguistik dalam bidang komputer dan
usaha untuk membuat mesin penerjemah, usaha pemanfaatan komputer dalam
penyelidikan bahasa.
Kajian
linguistik terapan merupakan salah satu bagian dari kajian linguistik
interdisipliner. Kajian interdisipliner tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Filsafat bahasa, adalah kajian yang mengupas kodrat kedudukan bahasa manusia
dalam hubungannya dengan filsafat dan peranan melahirkan pemikiran filsafat.
2.
Psikolinguistik, adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan
prilaku serta akal budi manusia atau ilmi interdisipliner linguistik dengan
psikologi.
3.
Etnolinguistik, adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara
bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.
Bidang ini disebut juga linguistik antropologi.
4.
Fonetik, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari tentang bunyi
yang diproduksi oleh manusia.
5.
Stilistika, adalah salah satu bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari
tentang gaya bahasa.
6.
Sosiolinguistik, adalah salah satu bagian dalam linguistik yang membahas
tentang hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakainya.
7.
Semiotika, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang membahas tentang produksi
tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan
untuk mengomunikasikan informasi.
8.
Epigrafi, adalah salahsatu bagian dalam ilmu linguistik yang berusaha meneliti
benda-benda tertulis yang berasal dari masa lampau. Salah satu contohnya adalah
prasasti.
9.
Filologi, adalah bagian dalam ilmu linguistik yang mempelajari naskah-naskah
manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
Well, selanjutnya saya akan menjelaskan bidang yang menarik buat saya, yaitu
sosiolinguistik. Di sosiolonguistik ini mempelajari bahasa di dalam masyarakat,
seperti penggunaan bahasa daerah, bahasa gaul yang digunakan anak-anak sekarang
bahkan sampai bahasa-bahasa alay yang tren di kalangan mereka. Banyak lagi
variasi bahasa yang digunakan masyarakat dalam sebuah komunikasi alami.
Variasi dalam kajian ini merupakan
masalah pokok yang dipengaruhi atau mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural
dalam masyarakat. Kelahiran Sosiolinguistik merupakan buah dari perdebatan
panjang dan melelahkan dari berbagai generasi dan aliran.
Sosiolinguistik
Terapan
Definisi Sosiolinguistik
Sosiologi adalah kajian yang objektif
dan ilmiah mengenai manusia didalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga,
dan proses sosial yang ada didalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan
memperlajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu
masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan dengan lingkungannya,
bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya
masing-masing didalam masyarakat.
Sedangkan lingustik adalah bidang
ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajian. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa
sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat.
De Saussure (1916) pada awal abad
ke-20 ini telah menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lembaga
kemasyarakatan, yang sama dengan lembaga kemasyarakatan lain, seperti
perkawinan, pewarisan harta peninggalan, dan sebagainya. Kemudian pada pertengahan
abad ini para pakar, di bidang bahasa merasa perlu adanya perhatian yang lebih
terhadap dimensi kemasyarakatan bahasa. Karena ternyata dimensi kemasyarakatan
bukan hanya memberi “makna” kepada bahasa, tetepi juga menyebabkan terjadinya
ragam-ragam bahasa. Lalu, dilihat dari sudut lain, ragam-ragam bahasa ini bukan
hanya dapat menunjukan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat, tetapi juga
memberikan indeksi mengenai situasi berbahasa, dan mencerminkan tujuannya,
topik, kaidah, dan modus-modus penggunaan bahasa.
Pakar lain, Carlles Morris, dalam
bukunya Sign, Language and Behaviour 1946 (membicarakan bahasa sebagai sistem
lambang, membedakan adanya tiga macam kajian bahasa berkenaan dengan fokus
perhatian yang diberikan. Jika perhatian difokuskan pada hubungan antara
lambang dengan maknanya disebut semantik, jika fokus perhatian diarahkan pada
hubungan lambang disebut sintaktik, dan kalau fokus perhatian diarahkan pada
hubungan antara lambang dengan para menuturnya disebut pragmatik.
Sebagai objek dalam sosiolinguistik
bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai, sebagaimana dilakukan oleh
linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau
komunikasi didalam masyarakat manusia. Beberapa rumusan mengenai sosiolingistik
dari beberapa pakar sebagai berikut :
1.
Sosiolingistik lazim didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan
diantara para bangsawan dengan cirri fungsi variasi bahasa itu dalam satu suatu
masyarakat bahasa (Kridalaksana 1978:84)
2.
Pengkajian bahasa dan dimensi
kemasyarakatan disebut sosiolingistik (Nababan 1984:2)
3.
Sosiolinguistik adalah kajian
tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai
bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling
mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A. Fishman 1972:4)
Kajian sosiolinguistik lebih
bersifat kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif.
Jadi, sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan
bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakain bahasa atau dialek
dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang
dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan. Sedangkan sosiologi bahasa
lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial, yang saling bertimbal balik
dengan bahasa atau dialeg. Sebagai tambahan, istilah sosiolonguistik itu
sendiri baru muncul pada tahun 1992 dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan
perlu adanya penelitian mengenai hubungan antara perilaku ujaran dengan status
social (Dittmar 1976;127).
Dari pengantar
ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal
tersebut. Diantaranya:
1. Abdul Chaer
(2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif
mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses
sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah
bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa
sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik
adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
2. Sumarsono
(2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang
berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan.
3. Rafiek
(2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam
pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana
konvensi-konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain
tcntang perilaku social.
Cakupan Sosiolinguistik
berdasarkan penjelasan diatas.
Sosiolinguistik dalam melakukan kajiannya, kadang tidak bisa terlepas dari
ilmu-ilmu lainnya. Sosiolinguistik dalam melakukan pengkajiannya bisa melakukan
kerjasama dengan berbagai bidang kajian lain seperti dialektologi, retorika,
sosiolinguistik makro dan mikro.
Hubungan
sosiolinguistik dengan ilmu lainya dapat digambarkan sebagai berikut, :
1.
dialektologi dan sosiolinguistik. Dialektologi adalah kajian tentang dialek yang
lebih memperhatikan fokus dan cognates daripada kebiasaan verbal yang
menggunakan pendekatan diakronis. Di sisi lain, sosiolinguistik memiliki
kecenderungan untuk mengadopsi pendekatan sinkronis, yang menghubungkan bentuk
pilihan penutur bahasa dengan kriteria ekstralinguistik, serta memperhatikan
kelompok sosial dan variabel bahasa yang digunakan;
2.
retorika dan sosiolinguistik. Retorika bertujuan untuk menentukan metode
persuasi yang paling baik untuk kemudian bertugas menjelaskannya. Di pihak
lain, sosiolinguistik adalah deskripsi dan tujuan yang memuat keahlian-keahlian
berbahasa. Perbedaan lainnya adalah, retorika berfokus pada fungsi persuasif
bahasa, sementara sosiolinguistik berfokus pada kajian teks dan lisan yang
berhubungan dengan topik apa saja dan memuat tujuan apapun;
3.
sosiolinguistik mikro dan makro. Pendekatan sosiolinguistik mikro menekankan
pada individu dalam interaksinya dalam kelompok kecil dan informal, sedangkan
pendekatan sosiolinguistik makro menekankan pada level interaksi antar kelompok
yang lebih besar. Sosiolinguistik mikro memperhitungkan karakteristik individu
yang membedakannya dengan individu lain, sebaliknya sosiolingustik makro
memperhitungkan distribusi perbedaan bahasa dalam masyarakat dan hubungannya
dengan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan etnik penutur yang
diteliti.
Masalah-Masalah Sosiolinguistik
Kalau
dilihat motivasi awal perkembangannya, sosiolinguistik berusaha untuk
menunjukkan adanya kovarian linguistik yang sistematis dan struktur sosial,
bahkan barangkali juga menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara keduanya.
Sosiolinguistik adalah salah satu ilmu yang kan menjawab tentang
masalah-masalah yang topiknya bisa dirumuskan sebagai berikut :
Pertama,
Bahasa, Dialek dan Ragam Bahasa. Setiap penutur bahasa akan selalu berbahasa
dengan satu aksen. Dengan demikian tidak bisa dikatakan bahwa seorang penutur
memilki aksen, sedangkan penutur lain tidak memilki aksen. Aksen dibatasi pada
deskripsi aspek-aspek ucapan yang dapat menunujukkan dari mana penutur bahsa
berasal, baik secara regional ataupun sosial. (Chaika, 1982:132). Aksen berbeda
dengan dialek Dialek mengacu ke semua perbedaan antara variasi bahasa yang satu
dengan yang lain mencakup penggunaan tata bahasa, kosakata, maupun aspek-aspek
ucapan. Dialog juga dapat dibedakan menurut wilayah (dialek regional), menurut
faktor-faktor kemasyarakatan (dilek sosial) dan waktu pemakaian dialek (dialek
temporal). (Cahyono, 1995:387)
Kedua,
Masyarakat Bahasa. Yang dimaksud dengan masyarakat bahasa adalah sekelompok
orang yang merasa menggunakan bahasa yang yang sama (Chaer, 1994:60). Karena
titik berat pengertian masyarakat bahasa pada merasa menggunakan bahasa yang
sama, maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas atau menjadi sempit.
Masyarakat bahasa bisa melewati batas propinsi, batas Negara bahkan juga batas
benua.
Ketiga,
Bilingualisme dan Multilingualisme. Kedwibahasaan (bilingualism) mengacu ke
pemakaian bahasa lebih dari satu bahasa oleh seseorang, kelompok atau negara.
Di dalam konsep kedwibahassan itu tercakup konsep kemultibahasaan
(multilingualism) dalam scala kecil (micro-level) yang menyangkut individu atau
kelompok kecil, dan dalam skala besar (macro-level) yang menyangkut masyarakat
atau negara. Dalam kedwibahsaan berskala kecil terdapat seseorang yang
menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih dari dua bahasa (multilingual).
Dalam kedwibahasaan berskala besar terdapat masyarakat atau negara yang memakai
satu bahasa atau monoglosia (monoglossic), dua bahasa (diglossic), dan lebih
dari dua bahasa atau poliglosia (polyglossic),
Keempat,
Penggunaan Bahasa (Etnografi Bahasa). Adanya berbagai macam dialek dan ragam
bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu dalam
masyarakat. Seorang pakar sosiolinguistik yang bernama Hmes mengatakan, bahwa
suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapn unsure
yang diakronimkan menjadi SPEAKING. (Chaer, 1994: 63). Kedelapan hal tersebut
adalah: (1) Setting and Scene ( berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan), (2) Participants (orang yang terlibat dalam percakapan), (3) Ends
(maksud dan hasil percakapan), (4) Act Sequences (bentuk dan isi percakapan),
(5) Key (Cara dan semangat dalam melakukan percakapan), (6) Instrumentalities
(Jalur percakapan), (7) Norms (norma prilaku peserta percakapan), dan (8)
Genres (ragam bahsa yang digunakan).
Kelima,
Perencanaan Bahasa. Pembakuan bahasa merupakan salah satu bentuk kerangka
perencanaan bahasa yang bisa dilakukan oleh badan pemerintah yang resmi atau
organisasi swasta. Bahasa baku adalah variasi bahasa yang menjadi dasar
penulisan media masa dan buku-buku dan merupakan variasi bahasa yang diajarkan
di sekolah-sekolah. Bahasa baku memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu: 1) fungsi
pemersatu, 2) fungsi kekhasan, 3) fungsi pembawa kewibawaan, dan 4) fungsi
sebagai kerangka acuan (Bambang, 1994:386)
Keenam,
Bahasa dan Kebudayaan. Salah satu pertanyaan kebahasaan yang menarik dan
mengundang perhatian ahli bahasa adalah: ”Apakah terdapat hubungan anatara
kemampuan penalaran suatu suku bangsa dengan bahasa asli yang dimiliki?”.
Dengan kata lain, ”Apakah seorang penutur bahasa dari suku bangsa yang memiliki
bahasatertentu memandang dunia yang sama secara berbeda dengan penutur bahasa dari
suku bangsa yang lain?”.
Kegunaan
Sosiolinguistik
Kegunaan sosiolinguistik bagi
kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa sebagai alat komunikasi verbal
manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam penggunaannya
sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa.
Pertama-tama pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam
berkomunikasi atau berinterakasi.
Sosiolinguistik akan memberikan
pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukan bahasa, ragam bahasa,
atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika berbicara dengan orang
tertentu.
Sosiolinguistik juga akan
menunujukan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada didalam mesjid,
diruang perpustakaan, dan ditaman.
Ruang Lingkup Sosiolinguistik
Mengenai ruang lingkup sosiolinguistik, dibagi menjadi dua
bagian yaitu sebagai berikut.
1.
Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya system
tegur sapa.
2.
Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan
struktur sosial.
Sosiolinguitik meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat,
dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Cakupan sosiolinguistik akan semakin
jelas jika kita lihat paparan yang membandigkan sosiolinguistik dengan dengan
bidang studi lain yang terkait sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
a.
Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiologi
mempelajari anatara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan
antar anggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Secara konkret, sosiologi
mempelajari kelompok-kelompok dalam masyarakat. Di dalam masyarakat ada semacam
lapisan, seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata, atau kasta-kasta
yang berjenjang juga dipelajari sosiologi. Sampai tahap tertentu sosiologi
memang menyentuh bahasa. Objek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan
masyarakat, dan dengan tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan
objek utama sosiolinguistik adalah variasi bahasa, bukan masyarakat.
b.
Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
Linguistik umum (general linguistics) seringkali disebut
linguistik saja, mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis. Linguistik disini
hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang struktur bunyi,
struktur morfologi, struktur kalimat dan struktur wacana. Linguistik menitik
beratkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa, karena atas dasar anggapan,
bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang berstruktur dan bersistem. Linguistik
mempunyai pandangan monolitik terhadap bahasa. Artinya, bahasa dianggap satu
sistem yang tunggal, 1. Linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup
suatu sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitannya dengan struktur
masyarakat. 2. Sosiolinguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tetapi yang
berkaitan dengan struktur masyarakat, bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak
terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai-nilai sosiobudaya yang dipatuhi
oleh penutur itu, jadi bahasa dilihat sebagai sistem yang terbuka.
Sosiolinguistik menitik beratkan fungsi bahasa dalam penggunaan, makna bahasa
secara sosial.
c. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
c. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi
adalah kajian tentang variasi bahasa. Dialektologi mempelajari berbagai dialek
dalam suatu bahasa yang tersebar diberbagai wilayah. Tujuan untuk mencari
hubungan kekeluargaan diantara berbagai dialek-dialek itu juga menentukan
sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa ke masa
dan dari saru tempat ke tempat lain. Titik berat kajian terletak pada kata.
Setelah ditemukan sejumlah kata yang mempunyai berbagai bentuk atau lafal pada
sejumlah dialek diberbagi tempat, dialektologi membuat semacam peta, yakni peta
dialek. Peta itu tertera garis-garis yang menghubungkan tempat satu ketempat
yang lain.
d. Sosiolinguistik dengan
Retorika
Retorika sebagai kajian tentang tutur terpilih. Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa. Seseorang yang akan bertutur memepunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-bahannya. Retorika mempunyai kesejajaran dengan sosiolinguistik, yaitu variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika. Sosiolonguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja. Sosiolinguistik mempelajari semua variasi yang ada, kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika cenderung kearah kajian tutur individu.
e. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
Sosiologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi. Psikologi mengurusi masalah mental individu, seperti inteligensi, minat, sikap, kepribadian, dan semacamnya. Sosiolinguistik berkaitan dengan bahasa masyarakat, hubungan antara sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu ada. Pendekatan psikologi sosial dipakai di dalam menganalisis.
Retorika sebagai kajian tentang tutur terpilih. Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa. Seseorang yang akan bertutur memepunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-bahannya. Retorika mempunyai kesejajaran dengan sosiolinguistik, yaitu variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika. Sosiolonguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja. Sosiolinguistik mempelajari semua variasi yang ada, kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika cenderung kearah kajian tutur individu.
e. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
Sosiologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi. Psikologi mengurusi masalah mental individu, seperti inteligensi, minat, sikap, kepribadian, dan semacamnya. Sosiolinguistik berkaitan dengan bahasa masyarakat, hubungan antara sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu ada. Pendekatan psikologi sosial dipakai di dalam menganalisis.
f.
Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang masyarakat dari sudut
kebudayaan dalam arti luas. Kebudayaan dalam arti luas seperti kebiasaan, adat,
hukum, nilai, lembaga sosial, religi, teknologi, bahasa. Bagi antropologi
bahasa dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri (identitas) bagi sekelompok
orang berdasarkan etnik.
g.
Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro
sosiolinguistik
makro adalah ruang lingkup sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah
prilaku bahasa dan struktur sosial. Kajian intinya adalah komunikasi antar
kelompok, barangkali didalam konteks satu kelompok masyarakat, misalnya tentang
penggunaan bahasa ibu dengan bahasa local oleh kelompok-kelompok linguistic
minoritas. Sedangkan sosiolinguistik mikro adalah ruang lingkup sosiolinguistik
yang berhubungan dengan kelompok kecil. Titik pusat pengkajian mikro sosiolinguistik
adalah tingkah ujar (speech act) (Sharle,1965) yang terjadi didalam
kelompok-kelompok primair menurut sosiolog, dan tingkah ujar itu dimodifikasi
oleh variable-variabel seperti status keakraban (intimasi), pertalian keluarga,
sikap dan tujuan antar tiap anggota kelompok. Kebanyakan variable linguistik
digolongkan kedalam kelompok yang umunya disebut register (Crystal dan Davi,
1969) dan bukan dalam kelompok dialek, yaitu variable yang diakibatkan oleh
penggunaan bahasa oleh individu dalam variable tertentuyang diamati,dan bukan
pula variasi yang diakobatkan oleh karakteristik yang relative permenen pada
diri si pemakai bahasa seperti umur, kelas sosioal, pendidikan dan seterusnya.
Kedua istilah ini, makro dan mikro mengaju pada luas dan
sempit cakupan. Jika sosiolinhuistik membicarakan masalah-masalah “besar dan
luas”, ia masuk sosiolinguistik makro. Sebaliknya, jika yang dibicarakan
masalah-masalah “kecil dan sempit ” ia masuk sosiolinguistik mikro.
Sosiolinguistik mikro menurut Roger Bell (1976), lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok guyuk tutur (intragrupinteraction), sedangkan sosiologi makro menitik beratkan perhatian kepada interaksi antar penutur dalam kontek antar kelompok (intragrupinteraction).
Sosiolinguistik mikro menurut Roger Bell (1976), lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok guyuk tutur (intragrupinteraction), sedangkan sosiologi makro menitik beratkan perhatian kepada interaksi antar penutur dalam kontek antar kelompok (intragrupinteraction).
banyak sekali pakar yang dalam
sosiolinguistik, dibawah ini saya akan sebutkan satu pakar bahasa dalam
bidang sosiolingustik:
1. Yayah BM
Lumintaintang
Bahasa tak sekadar alat berkomunikasi
tapi juga berkaitan erat dengan kondisi sosial masyarakat. Ilmu yang lebih
dikenal dengan istilah sosiolingustik itulah yang ditekuni Yayah Bachria
Mugnisjah Lumintaintang atau yang lebih dikenal dengan nama Yayah BM
Lumintaintang ini.
perempuan kelahiran Cikampek, 9 Maret 1944 dari pasangan H. Abdul Mugnie dan Hj. Siti Aisjah ini menempuh pendidikan menengahnya di SGA Negeri Purwakarta. Empat tahun setelah tamat dari SGA Negeri Purwakarta, tepatnya di tahun 1966, Yayah hijrah ke Bandung guna meneruskan pendidikannya di Universitas Padjajaran, Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastrawan, Pendiri PDS H.B. Jassin
sastra Indonesia.
perempuan kelahiran Cikampek, 9 Maret 1944 dari pasangan H. Abdul Mugnie dan Hj. Siti Aisjah ini menempuh pendidikan menengahnya di SGA Negeri Purwakarta. Empat tahun setelah tamat dari SGA Negeri Purwakarta, tepatnya di tahun 1966, Yayah hijrah ke Bandung guna meneruskan pendidikannya di Universitas Padjajaran, Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastrawan, Pendiri PDS H.B. Jassin
sastra Indonesia.
Begitu
lulus kuliah, Yayah langsung mengaplikasikan ilmu bahasanya di Lembaga Bahasa
Nasional/LBN, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/PDK. Lembaga tersebut
kemudian berganti nama menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dan
kini dikenal dengan nama Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Awalnya,
istri dari M. Rudy Lumintaintang ini bekerja sebagai staf biasa di Bidang
Bahasa Indonesia dan Daerah. Kemudian baru di tahun 1985, ia diangkat menjadi
Kepala Kelompok Kerja Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Bidang Pengembangan
Bahasa Indonesia dan Daerah. Selanjutnya pada tahun 1992, ia dipercaya memangku
jabatan sebagai Kepala Bidang (Penelitian) Bahasa Indonesia dan Daerah.
Terakhir, ia tercatat sebagai tenaga fungsional peneliti di Pusat Bahasa dengan
pangkat Ahli Peneliti Utama (A.P.U.)
Pada
1978, Yayah dinyatakan berhak mengikuti Post Graduate Training Programme for
General Austronesian Linguistics di Universitas Leiden, Belanda setelah
melewati proses penataran bertahap tingkat nasional di bidang sosiolinguistik
yang diadakan selama lima tahun. Nama Yayah bahkan masuk dalam daftar "Lima
Peserta Terbaik". Setelah melalui tahapan tersebut, akhirnya ia berhasil
meraih gelar doktor Ilmu-Ilmu Sastra (bidang Sosiolinguistik) dari Universitas
Indonesia pada tahun 1990. Disertasinya berjudul "Pola Pemakaian Bahasa
dalam Perkawinan Campuran Jawa-Sunda di DKI Jakarta: Kasus Karyawan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia".
Keahliannya
di bidang bahasa membuat Yayah juga diberi kepercayaan untuk menulis serta
menyunting buku Istana Kepresidenan Jakarta, Istana Kepresidenan Bogor berikut
Pesanggrahan Tenjoresmi, Istana Kepresidenan Cipanas, Istana Kepresidenan Wakil
Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta,
dan Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali di bidang seni dan budaya, Istana
Negara Republik Indonesia (2003) serta menyunting naskah "Koleksi Benda
Seni Istana Kepresidenan Republik Indonesia" (2004); di samping masih
tetap menjadi penyuluh "Pemakaian Bahasa Indonesia dalam
Keprotokolan" di Departemen Dalam Negeri sejak tahun 1990.
Sepanjang
karirnya, Yayah telah menghasilkan ratusan karya tulis berupa hasil penelitian,
penyusunan, dan makalah yang disajikan pada berbagai pertemuan ilmiah, seperti
seminar, konferensi, lokakarya, kongres, dan siaran radio/televisi. Sedikit
dari ratusan karya-karya Yayah BM Lumintaintang adalah Kualitas Bahasa
Indonesia dalam Karya Ilmiah, Fenomena Alih Kode dalam Wacana Peradilan DKI
Jakarta, Kendala Situasional dalam Pemakaian Bentuk Sangkal Bahasa Indonesia di
Ranah Peradilan, Majas dalam Wacana Politik: Kasus Pemakaian Bahasa dalam
Kampanye Pemilu 1997, dan masih banyak lagi.
Sebagai pakar di bidang sosiolinguistik, Yayah kerap menyoroti sejumlah
masalah sosial yang berkembang di tengah masyarakat. Seperti pada saat ia
menjadi pembicara di depan peserta lokakarya kode etik jurnalistik (KEJ) Dewan
Pers dan Lembaga Pers Dr. Soetomo di Makassar. Acara yang digelar pada Agustus
2009 itu mengangkat tema Kalimat Ofensif Dalam Berita Pemicu Konflik.
okay my friends think it's all I can post today. I hope
will be helpful for my friends. if there are errors in the writing that I post,
I'm sorry, because I am also still learning not too in depth and see you at the
next post.
byebye....... :)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar